Rekomendasi Dongeng Pendek untuk Anak, Ada Cerita dari Riau

Rabu, 08 Februari 2023

Kumpulan Dongeng anak SD/ Foto: Getty Images/iStockphoto/blueringmedia

RUANGRIAU - Dongeng pendek untuk anak SD dapat menjadi pilihan bacaan bagi Si Kecil untuk mengajarkan mengenai nilai-nilai kebaikan. Meskipun singkat, pengenalan dongeng pendek dirasa pas karena anak-anak tipikal yang mudah bosan dan mudah terpengaruh lingkungan.

Maka sebagai awalan, Mom bisa membiasakan kegiatan membaca dengan memperkenalkan dongeng-dongeng singkat terlebih dahulu. Lewat cerita yang menarik, anak-anak akan tersimulus untuk membaca lebih banyak buku.

Dongeng pendek untuk anak SD biasanya menceritakan mengenai kisah-kisah seru dan menyenangkan seperti petualangan, aksi, dan fantasi yang disukai anak-anak. Ragam dongeng pendek untuk anak SD pun kini beragam pilihannya, dari mulai cerita sehari-hari hingga cerita fabel.


Berikut ini Mom dapat memilih senumlah rekomendasi cerita dongeng pendek untuk anak SD yang cocok dibacakan kepada Si Kecil dan tak lupa pesan moral di dalamnya.

1. Cerita dongeng pendek untuk diceritakan pada anak SD: Asal-usul Tari Guel

Mom, dongeng anak singkat yang dapat dibacakan kepada anak SD dari kelas 1-6 berikut dikutip dari buku Rangkuman 100 Cerita Rakyat Nusantara, penerbit Anak Kita (2013). 

Asal-usul Tari Guel

Suatu hari kakak beradik putra Sultan Johor, Malaysia yaitu Muria dan Sangede sedang menggembala itik di tepi laut sambil bermain layang-layang. Tiba-tiba datang badai dahsyat sehingga benang layang-layang mereka pun putus. Mereka berusaha mengejar layang-layang tersebut sehingga luka terhadap itik-itiknya. 

Setiba di rumah, ayah mereka menyuruh untuk mencari itik dan tidak boleh kembali tanpa berhasil menemukannya. Berbulan-bulan mereka berjalan mencari itik hingga sampai di Kampung Serule. Mereka dibawa oleh orang kampung menghadap ke istana Raja Serule. Di luar dugaan, mereka malah diangkat anak oleh baginda raja. Karena kesaktian kedua anak tersebut, rakyat Serule hidup makmur, aman, dan sentosa. 

Hal ini membuat Raja Linge iri dan gusar, sehingga mengancam akan membunuh kedua anak tersebut. Malang bagi Muria, ia berhasil dibunuh. Suatu hari, para raja berkumpul di istana Sultan Aceh untuk mempersembah kan upeti kepadanya. 

Saat itu sangede ikut datang juga dan sambil menunggu ayah angkatnya, ia menggambar seekor gajah yang berwarna putih. Lukisan Sangede ini menarik perhatian Putri Sultan yang kemudian meminta dicarikan gajah seperti pada gambar. Saat itu juga, Sultan memerintahkan Raja Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih tersebut guna dipersembahkan kepada Sultan. 

Pagi harinya, Sangede dan Raja Serule pergi ke Samarkilang seperti perintah dalam mimpi Sangede. Benar juga, mereka menemukan gajah putih sedang berkubang di pinggiran sungai. Sangede dan Raja Serule mengenakan tali di tubuh gajah dan saat akan menghelanya, gajah putih itu lari sekuat tenaga. 

Setelah berhasil mengejarnya mereka berinisiatif untuk bernyayi-nyanyi sambil menari untuk menarik perhatian gajah putih. Di luar dugaan, gajah putih itu tertarik dan mau mengikuti gerakan-gerakan mereka. Mereka terus menari sambil berjalan agar gajah itu mau mengikuti langkah mereka. Gajah itu pun mengikuti Sangede dan raja Serule yang terus menari hingga akhirnya berhasil tiba di istana. Tarian itu disebut tarian Guel hingga sekarang.

2. Dongeng pendek dari Sumatera Utara: Kisah Putri Ular

Dongeng pendek berikut merupakan cerita rakyat dari wilayah Sumatera Utara yang mengisahkan seorang putri yang berubah wujud menjadi ular. Dikutip dari buku Rangkuman 100 Cerita Rakyat Nusantara, penerbit Anak Kita (2013). 

Kisah Putri Ular

Suatu negeri di kawasan Simalungun, dipimpin oleh seorang raja yang baik dan arif. Raja tersebut memiliki seorang putri yang cantik jelita. Berita tentang kecantikan putri raja itu diketahui seluruh pelosok negeri, termasuk seorang raja muda yang memerintah di sebuah kerajaan yang letaknya tidak jauh dari kerajaan ayah sang putri. 

Mendengar kabar tersebut, raja muda yang tampan itu berniat untuk melamar sang putri. Keesokan harinya rombongan utusan raja muda datang ke tempat tinggal sang putri. Sesampainya di sana, mereka segera menyampaikan pinangan dari rajanya. Dan dengan sukacita, pinangan tersebut diterima oleh ayah sang putri. Raja muda sangat gembira mengetahui pinangannya diterima. 

Malamnya, sang raja memberitahukan pada putrinya bahwa ada seorang raja muda yang meminangnya. Dengan malu-malu putri mengangguk bersedia.

Sang raja mengingatkan putrinya untuk menjaga diri baik-baik, agar tidak terjadi sesuatu yang dapat membatalkan pernikahan. Suatu hari, sang putri mandi dengan ditemani beberapa orang dayangnya di sebuah kolam yang berada di belakang istana. 

Setelah beberapa saat berendam, sang putri duduk di atas batu di tepi kolam sambil membayangkan betapa bahagianya saat pernikahan nanti. Saat sang putri asyik mengkhayal, tiba-tiba angin bertiup kencang dan sebuah ranting pohon yang ujungnya tajam mendadak jatuh tepat mengenai hidungnya hingga menjadi luka.

Sang putri panik membayangkan pernikahannya dengan raja muda akan gagal. Pikiran itu terus berkecamuk di kepalanya hingga sang putri pun jadi putus asa.

Sambil menangis ia berdoa minta dihukum atas perbuatannya tersebut. Tidak lama kemudian, petir menyambar-nyambar dan seketika kaki sang putri mengeluarkan sisik. Sisik tersebut semakin merambat ke atas. Dayang-dayangnya pun kaget dan segera memanggil kedua orang tua putri.

Sesampainya di kolam permandian, mereka sudah tidak melihat sang putri. Yang tampak hanya seekor ular besar yang bergelung di atas batu. 

Ular besar penjelmaan sang putri pun segera pergi meninggalkan mereka dan masuk ke dalam semak belukar. Sang raja dan permaisuri beserta dayang-dayang tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun menyesali nasib malang sang putri.

3. Cerita dongeng pendek untuk diceritakan pada anak SD: Kisah Timun Mas

Cerita dongeng pendek terkenal untuk anak SD berikut berjudul Timun Mas yang dikutip dari buku Dongeng Nusantara, penerbit Bestari (2019).

Kisah Timun Mas

Hiduplah seorang wanita tua bernama Mbok Rondo yang tinggal di sebuah desa di wilayah Jawa. Sudah sejak lama ia menginginkan anak. “Betapa bahagainya bila di hari tuaku ada anak yang membantu meringankan pekerjaanku.” pikirnya.

Ketika sedang melamun di ladang, tiba-tiba bumi bergetar hebat. Mbok Rondo terkejut karena muncul raksasa yang menakutkan di hadapannya.

Raksasa itu tertawa terbahak-bahak. “Mbok Rondo aku sanggup memberimu anak. Tapi dengan syarat, saat ia berumur 6 tahun kau harus menyerahkan kepadaku untuk kusantap!”

Mbok Rondo tidak tahu asal-usul raksasa itu. Tapi karena ia benar-benar menginginkan anak, maka ia menyanggupinya.

Raksasa itu kemudian memberinya biji mentimun. “Tanamlah. Kelak di dalam salah satu buah mentimun akan kau temukan seorang anak” kata raksasa itu.

Mbok Rondo kemudian segera menanam biji mentimun itu. Salah satunya menghasilkan timun besar berwarna kuning keemasan.

Ketika memetik dan membelahnya, nampak di dalamnya bayi mungil nan lucu. Betapa gembiranya hati Mbok Rondo, bayi itu ia beri nama Timun Mas. Ia tumbuh menjadi gadis cantik jelita. Mbok Rondo amat menyayanginya.

Suatu hari datanglah raksasa menagih janji. “Aku tahu, kedatanganmu untuk mengambil Timun Mas. Berilah aku waktu dua tahun lagi. Kalau ia kuberikan sekarang, tentu kurang lezat untuk disantap. Tubuhnya masih kecil.” Kata Mbok Rondo.

“Benar juga. Baiklah, dua tahun lagi aku kemari. Kalau bohong, kau yang kusantap!” ancam raksasa itu. Timun Mas yang bersembunyi di kolong tempat tidur, ketakutan setengah mati mendengar percakapan itu.

Kemudian Mbok Rondo mencari akal bagaimana caranya menyelamatkan Timun Mas. Datanglah ia ke seorang pertapa yang memberinya empat bungkusan kecil sebagai penangkal kejahatan raksasa. Isinya adalah biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.

Dua tahun kemudian raksasa itu datang lagi dan menagih janji. Mbok Rondo cepat-cepat menyuruh Timun Mas lari menyelamatkan diri lewat pintu belakang sambil menyerahkan bungkusan itu.

“Ho… ho… ho… walau lari ke ujung dunia sekalipun, kau pasti dapat kutangkap!” kata raksasa sambil mengejar Timun Mas. Karena terus belari, Timun Mas kelelahan. 

Dalam keadaan terdesak ia menyebar bungkusan pertama berisi biji mentimun. Biji itu tumbuh menjadi tanaman mentimun yang lebat dengan buahnya yang besar-besar. Dengan rakusnya raksasa memakan buah itu, lalu kembali mengejar Timun Mas.

Timun mas segera membuka bungkusan kedua dan menaburkan jarum ke tanah. Jarum berubah jadi hutan bambu lebat. Raksasa dapat menerobosnya meskipun kakinya berdarah-darah tertusuk bambu.

Raksasa kembali mengejarnya. Timun Mas melempar bungkusan ketiga berupa garam menjadilah lautan. Raksasa itu ternyata mampu melewatinya.

“Bocah kurang ajar! Awas kalau kutangkap, kutelan kau bulat-bulat!” raksasa itu semakin marah. Timun Mas segera melempar bungkusan terakhir berisi terasi ke tubuh raksasa.

Tiba-tiba terasi berubah menjadi lautan lumpur mendidih. Raksasa itu kepanasan dan mati tenggelam. Timun Mas selamat. Akhirnya ia hidup bahagia bersama Mbok Rondo.

4. Dongeng pendek kaya pesan moral dari Riau: Asal-usul Kota Dumai

Cerita dongeng pendek yang menceritakan mengenai asal-usul Kota Dumai yang banyak mengandung pesan moral berikut dikutip dari buku Rangkuman 100 Cerita Rakyat Nusantara, penerbit Anak Kita (2013). 

Asal-usul Kota Dumai

Di daerah Dumai berdiri sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung yang diperintah oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Ratu ini memiliki tujuh orang putri yang elok nan rupawan, dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ketujuh putri tersebut, putri bungsu yang paling cantik, namanya Mayang Sari. 

Pada suatu hari, ketujuh putri itu sedang mandi di lubuk Sarang Umai. Tanpa sepengetahuan mereka, ada beberapa pasang mata yang mengamati mereka yaitu Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya. Pangeran terpesona kecantikan Putri Mayang Sari dan ia jatuh cinta kepada sang putri. 

Bahkan, Pangeran Empang Kuala sering bergumam lirih, "Gadis cantik di lubuk Umai... cantik di Umai. Ya, ya... dumai... dumai." Dari peristiwa inilah konon nama kota Dumai berasal. 

Beberapa hari kemudian, sang pangeran mengirim utusan untuk meminang putri itu. Pinangan itu pun disambut baik oleh Ratu Cik Sima. Namun, berdasarkan adat kerajaan, putri tertualah yang berhak menerima pinangan terlebih dahulu.

Mengetahui pinangannya ditolak, Pangeran Empang Kuala naik pitam karena rasa malu. 

Sang pangeran pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Ratu Cik Sima yang mengetahui hal itu segera melarikan ketujuh putrinya ke dalam hutan dan membekali mereka makanan yang cukup untuk tiga bulan.

Setelah itu, sang ratu kembali ke kerajaan untuk menyiapkan perlawanan terhadap pasukan Pangeran Empang Kuala.

Sudah 3 bulan berlalu, tetapi pertempuran antara kedua kerajaan itu tak kunjung usai. Pada suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala sedang beristirahat di hilir Umai berlindung di bawah pohon-pohon bakau. Namun, menjelang malam tiba-tiba mereka tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh dan menusuk ke badan. 

Saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datang utusan Ratu Cik Sima menghadap Pangeran Empang Kuala. la meminta pangeran untuk menghentikan peperangan karena telah membuat alam negeri Seri Bunga Tanjung marah. Seketika itu Pangeran Empang Kuala menyadari kesalahannya dan segera menghentikan peperangan.

5. Dongeng pendek sebelum tidur: Kambing Sayang Ibu

Dongeng singkat sebelum tidur kehidupan kambing dan ibunya, dapat Bunda bacakan kepada anak SD kelas 1 berikut ini dikutip dari buku Dongeng Kancil; Unik, Seru, & Mendidik, penerbit Saufa Kid’s (2016).

Kambing Sayang Ibu

“Kenapa kamu menangis, Kambing?” tanya Kancil saat melihat Kambing menangis tersedu-sedu.

“Aku sendirian. Ibu pergi dari pagi dan belum kembali sampai sekarang,” jawab Kambing sembari mengusap air mata.

“Apa ibumu tidak bilang mau ke mana?”

“Tidak, dia pergi saat aku tidur,” ucap Kambing.

“Pasti kamu bangun kesiangan? Apa saja yang kamu lakukan tiap harinya?” tanya Kancil lagi. 

 "Aku selalu bermain sampai larut malam dan baru bangun ketika matahari sudah cerah sekali. Aku sangat pemalas. Kerjaku bermain saja. Apa ibuku marah, ya?" kata Kambing dengan penuh rasa menyesal. 

"Ibumu tidak mungkin marah. Kamu kan, anaknya. Kamu tidak punya saudara?" 

"Aku dan ibu tinggal berdua saja, Kancil. Aku takut ibuku meninggalkanku” Tangis kambing semakin keras . 

“Ibumu masih sayang, yuk lebih baik kita bermain,” hibur Kancil sambil menarik tangan Kambing.

Keduanya bermain petak umpet. Si Kancil yang kalah dan harus mencari tempat persembunyian Kambing. Tidak terlalu sulit bagi Kancil mencari si Kambing. Hanya dalam waktu beberapa menit, Kancil bisa menemukan Kambing. 

"Kalau sembunyi itu di tempat yang sulit dicari. Masa sembunyi sambil makan begitu?" ucap Kancil. 

Kambing hanya tertawa dengan mulut penuh rumput. Kali ini, giliran dia yang jaga dan harus mencari Kancil. Rupanya Kancil sangat lihai bersembunyi. Hampir setengah jam, Kambing tidak berhasil menemukan Kancil. Dia hampir menyerah. Namun, dia melihat ada yang bersembunyi di balik pohon tinggi. 

"Wah, itu pasti si Kancil" ucapnya penuh semangat. Kambing berlari dan segera menangkap si Kancil. Namun, yang dia temukan bukan si Kancil. 

"Ibuuu!” Kambing memeluk ibunya. 

"Lho?" Ibunya heran. 

"Aku kira Ibu pergi jauh. Aku takut Ibu meninggalkanku." ucap Kambing. 

"Ibu pergi ke danau yang jauh sekali untuk mencari air. Tapi, di tengah jalan, Ibu bertemu seekor anak kambing yang kehausan. Jadi, Ibu kembali lagi mengambil air,” ucap Ibu Kambing.

Kambing semakin memeluk ibunya. Dia tahu ibunya tidak pernah meninggalkannya dan akan selalu menyayanginya. Kambing berjanji akan menjadi anak yang rajin. Kancil menatap keduanya dari kejauhan dengan tersenyum.

6. Cerita Dongeng Singkat untuk Penghantar Tidur Anak: Kancil dan Ikan Kecil

Dongeng singkat pengantar tidur berikut banyak mengandung pesan moral yang cocok untuk dibacakan kepada anak SD kelas 2. Cerita dikutip dari buku Dongeng Kancil; Unik, Seru, & Mendidik, penerbit Saufa Kid’s (2016).

Kancil dan Ikan Kecil

“Tolong, tolong!” terdengar suara teriakan.

Kancil mencari sumber suara itu. Ternyata suara itu berasal dari sebuah ember. Seekor ikan kecil berwarna kuning memanggil Kancil. 

“Kancil, tolong aku. Aku ditangkap oleh seorang anak laki-laki,” ucap si Ikan. 

Kancil menoleh ke arah anak lelaki yang berdiri di bawah mangga. Tak jauh dari mereka, ada sungai yang mengalir tenang. 

“Kenapa dia menculik kamu, Ikan?” tanya Kancil.

“Aku tidak tahu, Tiba-tiba saja dia menangkapku dan memasukkanku ke ember ini,” sungut Ikan.

“Aku takut dimasukkan ke akuarium. Aku tidak mau terkurung di tempat itu,” lanjut Ikan.

Kancil kembali menoleh ke anak lelaki itu, lalu ia berkata “Aku akan menolongmu. Namun aku perlu memastikan dulu, apakah benar anak itu menangkapmu dan mempunyai tujuan yang tidak baik.”

“Terima kasih, kancil. Aku harap kamu menolongku.” pinta Ikan.

Kancil segera mendekati si anak lelaki. Dia melihat anak itu juga menangkap ikan-ikan kecil lainnya. Ikan-ikan itu dimasukkan ke ember. 

“Ke mana kalian, ikan-ikan kecil? Aku sangat lapar,” kata seekor ikan besar dari dalam sungai.

“Oooh, ternyata anak itu menyelamatkan ikan-ikan kecil dari si ikan besar. Ikan kecil salah sangka.” ucap Kancil.

Tak lama, ikan besar menghilang. Si anak lelaki itu mengembalikan ikan-ikan kecil ke sungai. 

“Sebentar lagi kamu bebas, Ikan. Ternyata anak itu cuma ingin menyelamatkan kamu dan teman-temanmu dari ikan besar yang kelaparan. Anak itu sedang mengembalikan ikan ke sungai,” bisik kancil.

Ikan tersenyum senang. Ketakutannya tidak terbukti. Karena pertolongan si anak lelaki tersebut, Ikan bisa hidup bebas dan berenang di sungai lagi. 

 7. Dongeng Pendek untuk Anak SD: Si Pelari Kencang

Dongeng pendek yang mengisahkan mengenai sifat rendah hati antara Kijang dan Kuda berikut dapat Bunda ceritakan kepada Si Kecil untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan. Cerita dongeng dikutip dari buku Dongeng Terbaik Kancil dan Sahabat-sahabatnya, penerbit Noktah (2018). 

Si Pelari Kencang

“Siapakah yang paling cepat berlari? Aku, kamu, atau Kijang?” tanya Burung Nuri.

Pertanyaan Nuri sangat aneh, bisik hati Kuda. “Memang kamu bisa berlari? Kamu, kan, terbang,” kata Kuda.

“Anggap saja aku berlari, Kuda,” ucap Nuri dengan wajah cemberut.

“Hahaha… Kamu lucu sekali, Nuri,” ucap Kuda.

“Bagaimana kalau kamu dan Kijang lombar lari saja? Aku yang jadi jurinya,” kata Nuri.

“Jangan, dong. Jelas si Kijang yang bakalan menang. Badannya kan, ramping dan kecil,” ucap Kuda dengan nada pesimis.

“Belum tentu badan yang kecil lebih cepat berlari, Kuda. Kamu tenang saja. Nanti aku sendiri yang bicara sama si Kijang,” kata Nuri.

Nuri segera terbang menuju tengah hutan. Kijang biasanya berada di tengah hutan untuk mencari makanan. Nuri melihat Kijang bersama seekor kijang lainnya sedang berjalan. Nuri menghampirinya.

“Halo, Kijang. Apa kabar?” sapa Nuri.

“Hai, Nuri. Baik. Kok bisa kamu ada di tengah hutan ini?” tanya Kijang.

“Aku sengaja mencarimu. Aku ingin mengajakmu lomba lari,” kata Nuri.

“Hah? Lomba lari sama kamu? Mana bisa? Kamu, kan, terbang,” kata Kijang.

“Bukan sama aku, Kijang, tapi si Kuda.” jelas Nuri.

“Aku pasti kalah, Nuri. Badan Kuda lebih besar dan ia berlari cepat sekali.” kata Kijang. 

“Percaya diri, dong. Belum tentu si Kuda yang lebih cepat. Makanya, kita perlu lomba lari untuk menentukan siapa yang tercepat.” kata Nuri.

Kijang akhirnya setuju. Keesokan harinya, Kuda, Kijang, Nuri, dan hewan-hewan lain sudah berkumpul di dekat danau. Mereka bersemangat untuk mengetahui siapakah yang tercepat, Kuda atau Kijang? 

Kuda dan Kijang bersiap untuk berlari. Keduanya tampak santai dan optimis. Namun, keduanya sama-sama rendah hati. Tidak ada yang bersikap sombong. 

Nuri mengibaskan sayapnya dan berteriak, “Mulai!” Kuda dan Kijang mulai berlari. Semua hewan terpana melihat keduanya berlari dengan sangat kencang. 

Keduanya berlari mengitari danau. Semua hewan bertepuk tangan melihatnya. 

“Ayo Kuda, ayo!” teriak beberapa hewan.

“Kijang, ayo cepat!” Pendukung Kijang juga bersorak tak mau kalah.

“Aku semakin penasaran siapa yang tercepat,” ucap Nuri.

Wah, ternyata yang sampai lebih dulu si Kijang, hewan kecil yang sangat lincah. Semua bersorak, “Kamu hebat, Kijang, larimu cepat sekali,” ucap Kuda, kagum.

“Kamu juga hebat, Kuda, jarak kita sangat dekat sampai finish tadi,” kata Kijang.

“Selamat ya!” kata Kuda.

“Kalian berdua benar-benar hebat! Tahu tidak, jarak kalian tadi dekat sekali dan saling mendahului. Tapi, Kijang benar-benar lincah meski badannya kecil, ya,” kata Nuri. 

“Iya nih, si Kijang lincah banget. Kewalahan aku mengejarnya,” kata Kuda.

“Kamu lebih hebat, Kuda. Orang bisa menunggangimu, tapi kamu bisa berlari kencang. Benar, kan?” kata Kijang.

“Hahaha… Benar banget,” kata Nuri. (*)