Masyarakat Sayangkan Anggaran Bantuan Masjid yang Diduga Dipotong Gubri

Ahad, 09 April 2023

Ilustrasi

PEKANBARU (RUANGRIAU.COM) - Polemik dugaan pemotongan anggaran bantuan masjid CSR Bank Riau Kepri (BRK) Syariah yang diduga oleh Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar terus berkembang di tengah-tengah masyarakat. 

Bahkan isu tersebut sudah menjadi pembicaraan yang menyedihkan, karena menyangkut bantuan masjid atau anggaran umat. Terutama masyarakat lingkungan masjid yang sebelum akan diberikan bantuan yang awalnya merasa bangga berakhir dengan kekecewaan, karena adanya polemik pemotongan. 

Di antaranya masyarakat lingkungan Masjid Al-Azim Pelalawan yang masuk daftar penerima bantuan yang akan diserahkan Wagubri H Edy Natar Nasution melalui Safari Ramadhan. Namun karena ada pemotongan bantuan tersebut tidak jadi diserahkan. 

Salah satu pengurus, Masjid Al-Azim Pelalawan, Azlan mengaku mendapat informasi adanya pemotongan itu melalui informasi pemberitaan. Pihaknya sebagai calon penerima bantuan juga tidak bisa berbuat apa-apa dan mencoba memahami saja apa yang terjadi. 

Namun, secara masuk data penerima bantuan masyarakat sudah pasti merasa kecewa. Tapi bagaimanapun masyarakat juga tidak bisa berbuat apa-apa. 

"Kita pasrah saja dan kita juga memahami pak Wagubri yang selalu memperjuangkan masjid dan membesarkan agama. Tentu ia malu kalau tidak sesuai dengan niat atau janji. Hanya saja ini kan anggaran umat dan di bulan Ramadhan lagi," katanya, Ahad (9/4/2023). 

Untuk kejadian ini, ia juga telah menyampaikan pada masyarakat, kemungkinan anggaran itu tidak jadi diberikan karena sesuai informasi Wagubri juga sudah menyampaikan permobonan maaf tidak mau menyerahkan bantuan itu. 

"Kami sudah sampaikan pada masyarakat dan masyarakat memahami saja apa yang terjadi. Kalau ditanya perasaan, ya pasti kecewa. Karena, jangankan dikasih bantuan, rencana kehadiran pak Wagubri saja sudah bangga masyarakat. Tapi karena ada masalah ini bagaimana lagi, cukup dipahami saja," ujarnya. 

Di tempat lain, Tokoh Masyarakat Kota Pekanbaru, M Dasril Nagara mengatakan, jika kejadian itu benar adanya, itu sudah keterlaluan. Karena, itu terkait anggaran yang direncanakan untuk kebutuhan atau kepentingan umat. 

Artinya, lanjut Dasril, tidak wajar lagi jika tujuannya sudah berbeda. Apalagi ini dilakukan oleh seorang pemimpin di daerah. 

"Kalau memang iya, ini sudah keterlaluan. Anggaran umatpun "dimultilasi" atau disunat," katanya. 

Dasril yang juga pengurus salah satu masjid di Pekanbaru dan mengetahui serta melihat sendiri Wagubri dalam memperjuangkan masyarakat dan agama. Sehingga, wajar saja Wagubri merasa dizolimi karena bisa dipermalukan pada masyarakat. 

"Saya lihat sendiri dan mengikuti perjuangan Wagubri kalau untuk agama dan masyarakat. Itu seperti dikegiatan GSSB Riau yang terus dikembangkan. Jadi ketika ada kejadian ini, saya rasa siapapun akan merasa dizolimi," tuturnya. 

Sementara, Wagubri Edy Natar Nasution, sebelumnya mengatakan, kejadian ini tidak seharusnya terjadi. Apalagi pemotongan itu sudah diluar kesepakatan dan sudah masuk dalam kategori ketidakadilan. 

"Ini sudah menzolimi, saya tidak mau berbohong kepada  masyarakat, maka itu saya batalkan dan menyampaikan permohonan maaf pada masyarakat," katanya. 

Untuk kebenaran kejadian ini, ia mengaku sudah mencari tahu semua. Sesuai pengakuan dari pihak BRK Syariah, benar ada perintah itu. "Sehingga saya menegaskan apa yang saya sampaikan tidak asal ngomong dan berdasarkan bukti," ucapnya. 

"Janganlah berlaku zolim. Saya tidak pernah mengganggu, tapi saya jangan diganggu. Selama ini saya diam-diam saja, tapi kalau sudah keterlaluan, saya juga tidak akan diam. Edy Natar jangan dipancing-pancing, sudah puluhan tahun didik dengan keras dan tegas," ujarnya. 

"Sekali lagi saya mohon maaf kepada masyarakat. Karena saya berjuang untuk masyarakat dan kewajiban saya memperjuangkan masyarakat," tutup mantan Danrem 031 Wira Bima, ini. (*)