Kanal

Bermain Gadget Dapat Menurunkan Kecerdasan Anak? Begini Faktanya, Mom

RUANGRIAU - Kecerdasan seorang anak dapat dipengaruhi oleh berbagai macam hal, Mom. Namun, benarkah sering bermain gadget dapat menurunkan kecerdasan anak?

Di era teknologi seperti saat ini, gadget merupakan alat yang bisa menghubungkan Mom dengan orang lain. Tak hanya itu, kini gadget turut dijadikan sebagai media hiburan bagi anak.

Banyak orang tua yang memberikan gadget kepada anak-anaknya agar tidak rewel dan menangis. Padahal, hal ini merupakan hal yang sangat tidak dianjurkan, Mom.


Pemberian Gadget pada Anak Menurut Dokter

Menurut dokter spesialis anak, dr. Mira Dewita, Sp.A, anak yang berusia di bawah dua tahun tidak dianjurkan untuk diberikan gadget atau screen time. Di usia ini, anak sebaiknya bergerak dan bermain, Mom.

"Sebenarnya untuk anak di bawah dua tahun dia enggak butuh kita kasih tontonan, ya. Dia enggak butuh screen. Jadi anjurannya di bawah dua tahun itu tidak boleh kasih TV, handphone, gadget, pad, semua enggak boleh screen," kata dr Mira saat diwawancarai oleh HaiBunda.

"Jadi dunia anak itu sebenarnya dia harus bergerak, bermain, bukan di suruh duduk, natap layar, jadi di bawah dua tahun itu enggak ada anjuran untuk kasih screen," tambahnya.

Anak yang diberikan screen time atau gadget sejak usia di bawah 2 tahun akan berpengaruh pada tumbuh dan kembangnya. Salah satu yang umum terjadi adalah anak bisa terlambat bicara.

"Biasanya anak-anak yang dikasih screen nanti dampaknya apa? Dia suka terlambat bicara. Makanya tidak ada ajuran untuk memberikan screen di bawah dua tahun," papar Mira.

Anjuran Pemakaian Gadget pada Anak

Lebih lanjut, dr Mira mengungkapkan anak yang berusia di atas 2 tahun yang diberikan gadget perlu selalu didampingi. Waktu screen time dan bermainnya pun dibatasi yakni 1 jam dalam sehari.

"Kalau di atas dua tahun, kalaupun kita terpaksa memberikan screen, itu dibatasi. Anjurannya sih jangan lebih dari satu jam. Jadi total sehari semalam itu screen time-nya tidak lebih dari satu jam," papar dokter yang berpraktik di RS Hermina Jatinegara ini.

"Dan itu pun anjurannya sambil didampingi orang tua. Jadi screen-nya itu sambil didampingi, sambil diajak bicara. Sebenarnya anak itu butuhnya bermain, ya. Dia enggak butuh screen sebenarnya." sambungnya.

Pemberian screen time ini ternyata turut memengaruhi kecerdasan anak di masa depannya, Bunda.

Penelitian Tentang Screen Time Anak

Membiarkan Si Kecil menonton tablet atau TV ternyata bisa mengganggu prestasi akademik dan kesejahteraan emosional mereka di kemudian hari, Mom. Hal ini dibuktikan langsung oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal JAMA Pediatrics.

Melansir laman CNN Health, peneliti menemukan bahwa peningkatan penggunaan waktu layar selama masa bayi dikaitkan dengan fungsi eksekutif yang lebih buruk ketika anak berusia 9 tahun.

Keterampilan fungsi eksekutif sendiri merupakan proses mental yang memungkinkan anak merencanakan, memusatkan perhatian, mengingat instruksi, dan menyulap banyak tugas dengan baik.

Keterampilan fungsi eksekutif sangat penting untuk kognisi tingkat tinggi, misalnya seperti pengaturan emosi, pembelajaran, prestasi akademik, dan kesehatan mental.

"Mereka memengaruhi kesuksesan kita secara sosial, akademis, profesional, dan dalam cara kita merawat diri kita sendiri," ungkap Dr. Erika Chiappini, asisten profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins di Baltimore.

“Meskipun proses kognitif ini secara alami berkembang dari bayi hingga dewasa, mereka juga dipengaruhi oleh pengalaman yang kita miliki dan ketika kita memilikinya dalam perkembangan kita,” sambungnya.

Hasil dari penelitian ini pun mendukung rekomendasi yang dikeluarkan oleh American Academy of Pediatrics, Bunda. AAP melarang semua screen time pada bayi sebelum usia 18 bulan, kecuali saat melakukan panggilan video.

Bayi Sulit Menafsirkan Informasi dari Layar

AAP menjelaskan bayi tidak banyak menyerap informasi dari gadget atau layar, Mom. Pada kenyataannya, tidak ada pengganti untuk interaksi, pemodelan, dan pengajaran yang diberikan dari orang tua.

Bayi kesulitan menafsikan informasi yang disajikan dalam dua dimensi seperti layar. Mereka juga kesulitan membedakan fantasi dan kenyataan.

"Bayi dan anak-anak juga seorang pembelajar sosial dan sangat diuntungkan dari interaksi bolak-balik dengan orang lain (dewasa dan anak-anak) yang sulit dicapai dengan layar," papar Dr. Erika. (*)

Ikuti Terus RuangRiau

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER