Pilihan
Cegah Depresi dan Bunuh Diri, Pemerintah Hadir Lewat healing119.id

RUANGRIAU.COM - Bunuh diri tidak terjadi begitu saja. Dalam banyak kasus, ini merupakan hasil dari perjalanan psikologis yang kompleks, dengan depresi sebagai salah satu penyebab utama. Depresi ditandai oleh kesedihan mendalam, keputusasaan, hilangnya semangat hidup, serta gangguan tidur dan nafsu makan. Individu yang mengalaminya sering merasa menjadi beban, tak berharga, dan tak melihat jalan keluar selain mengakhiri hidup.
Setiap orang memiliki mekanisme koping—cara untuk menghadapi stres. Namun, tekanan hidup yang terus-menerus, seperti utang, relasi toksik, atau tekanan kerja, bisa melemahkan kemampuan ini. Ketika merasa tak mampu dan sendirian, seseorang bisa jatuh dalam keputusasaan.
Penelitian menunjukkan bahwa faktor psikososial berperan besar dalam munculnya ide atau tindakan bunuh diri. Prosesnya sering dimulai dari rasa tak berdaya (helplessness), lalu kehilangan harapan (hopelessness), hingga muncul pikiran bahwa "dunia akan lebih baik tanpaku." Dalam banyak kasus, pikiran bunuh diri bukanlah keinginan untuk mati, melainkan upaya mengakhiri penderitaan.
Namun, bunuh diri bisa dicegah. Masyarakat perlu memahami bahwa depresi dan pikiran untuk bunuh diri bukan kelemahan, melainkan kondisi medis yang butuh dukungan dan penanganan. Kita juga harus peka terhadap tanda-tanda seperti: perubahan perilaku, menarik diri, kehilangan minat, ucapan keputusasaan, gangguan tidur atau makan, dan perilaku ekstrem.
Sebagai salah satu bentuk kepedulian, Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan resmi reaktivasi layanan healing119.id pada 31 Juli 2025. Layanan ini memberikan konseling psikologis gratis dan rahasia bagi masyarakat yang mengalami krisis psikologis, serta rujukan ke fasilitas layanan kesehatan bila diperlukan.
Program ini didukung oleh Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, dengan para relawan psikolog yang telah dibekali pelatihan intensif. Reaktivasi ini merupakan komitmen pemerintah membangun sistem kesehatan jiwa yang responsif, inklusif, dan bebas stigma.
Menurut WHO, strategi pencegahan bunuh diri yang efektif meliputi: pembatasan akses ke sarana bunuh diri, pelaporan media yang bertanggung jawab, pelatihan petugas lini depan, dan penyediaan layanan konseling yang mudah diakses. Semuanya harus berjalan terpadu.
Karena dalam banyak kasus, yang dibutuhkan hanyalah satu orang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi. Kita semua bisa menjadi bagian dari solusi—dengan empati, membuka ruang bicara, dan merujuk ke layanan yang tepat.
Setiap nyawa berharga. Setiap hidup yang dipertahankan adalah harapan yang tak ternilai.***
Berita Lainnya
Mahasiswa KKN Universitas Abdurrab Kelompok 19 Sungai Pinang Penyuluhan di SMAN 1 Kampar Timur
KAMPAR (RUANGRIAU.COM) - Mahasiswa KKN Universitas Abdurrab Sungai Pinang Kelompok 19 melakukan s.
Mahasiswa KKN Universitas Abdurrab Gelar Sosialisasi di SMKS Global Cendekia
KAMPAR (RUANGRIAU.COM) – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Abdurrab Kelompok 19 Su.
Kombes Wawan Menjadi Narasumber Seminar Penguatan Kolaborasi Pencegahan Narkoba di Sekolah
PEKANBARU (RUANGRIAU.COM) - Kepala BNN Kota Pekanbaru Kombes Pol Dr Wawan SH MH, menjadi narasumb.
Quran Camp di Pekanbaru Dapat Dukungan Penuh dari Wakil Wali Kota
PEKANBARU (RUANGRIAU.COM) – Wakil Wali Kota Pekanbaru Markarius Anwar, memberi.
10 Prodi Paling Diminati di UGM pada SNBP 2025, Referensi untuk SNBT 2025
RUANGRIAU.COM – Universitas Gadjah Mada (UGM) menerima 2.783 mahasiswa baru me.
Kemenag Buka Pendaftaran Beasiswa Indonesia Bangkit 2025, Ini Syarat & Jadwalnya!
JAKARTA (RUANGRIAU.COM) - Kementerian Agama (Kemenag) melalui Pusat Pembiayaan P.