• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Home
  • Daerah
    • Pekanbaru
    • Kampar
    • Pelalawan
    • Siak
    • Bengkalis
    • Dumai
    • Rohul
    • Rohil
    • Inhu
    • Inhil
    • Kuansing
    • Meranti
  • Internasional
  • Ruang Bebas
  • Nasional
  • Politik
  • Hukrim
  • Sport
  • Ekbis
  • Pendidikan
  • More
    • Tekno
    • Mom & Kids
    • Hiburan
    • Kesehatan
    • Travel
    • Video
    • Pilihan Editor
    • Terpopuler
    • Indeks
Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar
Pilihan
Aktivasi Siskamling, Bima Arya "Ronda" Bareng Wali Kota Bandung
Harga Beras Mulai Ada Penurunan di Banyak Daerah
Turunkan Angka Kemiskinan Ekstrem, Mendagri Tekankan Bantuan ke Masyarakat Harus Tepat Sasaran
Dinas Koperasi Kampar: 50 Persen Lahan Sawit yang Diserahkan PT Ciliandra ke Koperasi Siabu Tidak Layak
Ini Respon Kasat Lantas Polres Kampar, Terkait Keresahan Masyarakat Desa Siabu Terhadap Mobil Perusahaan Melebihi Tonase

  • Home
  • Internasional

Korsel Darurat Angka Kelahiran

Redaksi

Rabu, 31 Januari 2024 09:17:30 WIB
Cetak
Korsel Darurat Angka Kelahiran
Korsel darurat angka kelahiran. (Foto: Chris Jung/NurPhoto/Getty Images)

KORSEL (RUANGRIAU.COM) - Korea Selatan (Korsel) kembali memecahkan rekor angka kelahiran terendah pada 2023. Berdasarkan data, angka kelahiran tercatat hanya 0,72, menjadikannya yang terburuk sepanjang sejarah pada Negeri Ginseng itu. 

Dikutip dari Financial Times, populasi penduduk di Korsel juga diperkirakan berkurang setengahnya pada 2100, menjadi hanya 24 juta jiwa. Ditambah lagi, sebanyak 249 ribu bayi lahir di Korsel pada 2022. 

Angka ini masih terbilang rendah lantaran Korsel membutuhkan minimal 500 ribu kelahiran bayi per tahun agar pasar tenaga kerja dapat berfungsi. 

Apabila tidak diantisipasi, angka kelahiran di sana diperkirakan akan terus menurun hingga 2025 menurut Statistik Korea. Dikhawatirkan, puncak terparah titik angka kelahiran hanya menyentuh 0,65. 

Sebelumnya, angka kelahiran sebesar 1,2 pertama kali mengejutkan Korsel pada 2005. Hal ini menyebabkan pemerintah menyadari besarnya masalah ini dan mulai mengatasinya. 

Komite Presiden tentang Masyarakat Penuaan dan Kebijakan Kependudukan kemudian dibentuk. Hal ini masih menjadi penentu kebijakan nasional. Namun terlepas dari upaya-upaya ini, Korsel telah mencapai titik saat masalahnya menjadi darurat nasional. 

Para ahli sepakat bahwa ada dua penyebab utama yang saat ini memicu angka kelahiran rendah di Korsel, yaitu biaya pendidikan dan perumahan yang terlalu tinggi. Takut dengan kedua biaya tersebut, pasangan muda belum berani memiliki dan membesarkan anak. 

Hampir Setengah TK Diprediksi Bakal Tutup 

Kondisi penurinan angka kelahiran ini berdampak pada pusat penitipan anak dan sekolah taman kanak-kanak. 

Dikutip dari Koreaboo, sebuah laporan terbaru memperkirakan bahwa sepertiga lembaga-lembaga tersebut akan tutup pada tahun 2028 karena berkurangnya jumlah anak. 

Institut Perawatan dan Pendidikan Anak Korsel menuturkan jumlah sekolah nursery di seluruh negeri telah mengalami penurunan yang signifikan. Penurunannya mencapai 21,1 persen dari 39.181 pada tahun 2018 hingga menjadi 30.923 pada tahun 2022. 

Taman kanak-kanak juga mengalami penurunan 5,1 persen pada periode yang sama. Tren tersebut terjadi akibat berkurangnya jumlah bayi serta balita, dan situasi diperkirakan akan semakin memburuk. 

Statistics Korsel memperkirakan tingkat kesuburan pada tahun 2023 hanya sebesar 0,72 bayi yang lahir per wanita. Angka ini berdasarkan tahun 2022 memperkirakan penurunan populasi bayi setiap tahunnya secara terus menerus. Proyeksi yang dilakukan memperlihatkan bahwa jumlah anak kurang dari usia satu tahun akan turun berada di bawah 200 ribu pada tahun 2026. 

Dampak demografi ini sudah mulai terlihat pada jumlah pendaftaran di pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak. Pendaftaran pusat penitipan anak turun lebih dari 1,41 juta pada tahun 2019 menjadi 1,09 juta pada tahun 2022. Pendaftaran di taman kanak-kanak juga menurun dari 675.998 pada tahun 2018 menjadi 552.812 pada tahun 2022, yang berarti penurunan sebesar 18,2 persen. 

Laporan tersebut menunjukkan sekitar 31,8 persen pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak, sebanyak 12.416 institusi, berisiko ditutup dalam empat tahun ke depan. Penurunan ini diperkirakan akan lebih besar lagi di kota-kota besar, dengan proyeksi penurunan sebesar 39,4 persen di Busan, 37,3 persen di Seoul, 37,3 persen di Daegu, dan 34 persen di Incheon. 

Untuk mengatasi krisis yang akan datang, laporan ini menekankan perlunya dukungan untuk menjaga infrastruktur penitipan anak pada tingkat minimum, khususnya di daerah yang mengalami arus keluar penduduk. Laporan ini menyarankan dukungan finansial bagi lembaga-lembaga yang berisiko ditutup dan menunjuk pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak tertentu di wilayah rentan sebagai infrastruktur penting. (*)


[ Ikuti RuangRiau.com ]


RuangRiau.com

Berita Lainnya
+INDEKS
Internasional

Cekcok Trump vs Zelensky di Ruang Oval: Perdebatan Sengit yang Mengguncang Diplomasi Global

Sabtu, 01 Maret 2025 - 13:51:49 WIB

WASHINGTON DC (RUANGRIAU.COM) -Apakah ini negosiasi geopolitik atau s.

Internasional

Elon Musk Perintahkan Pegawai Federal AS Laporkan Kinerja atau Mengundurkan Diri

Ahad, 23 Februari 2025 - 22:29:35 WIB

AMERIKA SERIKAT (RUANGRIAU.COM) - Pemerintahan Trump, melalui email yang dikirim.

Internasional

Trump Desak Ukraina Kembalikan Dana Bantuan AS, Minta Kompensasi Minyak dan Mineral

Ahad, 23 Februari 2025 - 21:29:10 WIB

RUANGRIAU.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menggebrak .

Internasional

Tahukah Anda? Di Jepang, Popok Dewasa Lebih Laku daripada Popok Bayi!

Rabu, 14 Agustus 2024 - 13:33:41 WIB

PEKANBARU (RUANGRIAU.COM) - Tahukah anda? Di negara Jepang, popok dewasa ternyat.

Internasional

Pengeboman RS Gaza: Kejahatan Keji!

Rabu, 18 Oktober 2023 - 12:46:33 WIB

RIYADH (RUANGRIAU.COM) - Pemerintah Arab Saudi mengutuk keras p.

Internasional

Ibu Kota Rasa Kota Hantu

Rabu, 18 Oktober 2023 - 10:01:10 WIB

PEKANBARU (RUANGRIAU.COM) - Saking sepinya ibu kota baru di neg.


Tulis Komentar
+INDEKS


Terkini
+INDEKS
Satpol PP Pekanbaru Tegaskan PKL Wajib Jualan di Lokasi Resmi
10 September 2025
Aktivasi Siskamling, Bima Arya "Ronda" Bareng Wali Kota Bandung
09 September 2025
Harga Beras Mulai Ada Penurunan di Banyak Daerah
09 September 2025
Pemda Kampar dan KONI Gelar Upacara Peringati HAORNAS Ke 42 Tahun 2025, di Lapangan Pelajar Bangkinang, Ini Kata Ketua Pengkab PBSI Kampar
09 September 2025
Turunkan Angka Kemiskinan Ekstrem, Mendagri Tekankan Bantuan ke Masyarakat Harus Tepat Sasaran
08 September 2025
Dinas Koperasi Kampar: 50 Persen Lahan Sawit yang Diserahkan PT Ciliandra ke Koperasi Siabu Tidak Layak
08 September 2025
Tingkatkan Rasa Cinta Kebangsaan, Bupati Kampar Undang Forkopimda dan Stakeholder Gelar Apel
08 September 2025
Mendagri Instruksikan Kepala Daerah Perkuat Satlinmas dan Dorong Forkopimda untuk Jaga Situasi Kondusif di Daerah
07 September 2025
Futsal Bareng ASN, Cara Wali Kota Pekanbaru Bangun Kekompakan
04 September 2025
Gebrakan Wali Kota Pekanbaru: Penurunan Parkir, Infrastruktur, Persampahan, hingga Program Sosial
03 September 2025
Terpopuler
+INDEKS
  • 1 Dinas Koperasi Kampar: 50 Persen Lahan Sawit yang Diserahkan PT Ciliandra ke Koperasi Siabu Tidak Layak
  • 2 Ini Respon Kasat Lantas Polres Kampar, Terkait Keresahan Masyarakat Desa Siabu Terhadap Mobil Perusahaan Melebihi Tonase
  • 3 Warga Siabu Melapor ke Polres Kampar, Protes Truk dan Teronton CPO yang Keluar Masuk PT Ciliandra Over Tonase dan Merusak Jalan
  • 4 Antusias Ribuan Peserta Meriahkan Karnaval HUT RI Ke-80 Lenggadai Hulu
  • 5 Masalah PT.Ciliandra Perkasa dan KSMB, Diperdagkop Kabupaten Kampar Berpatokan Kesepakatan di Masa Bupati H.Aziz Zaenal
  • 6 2 Helikopter Dikerahkan, 10 Ha Karhutla di Rupat Berhasil Dipadamkan
  • 7 Spanduk Kecaman Terhadap PT.Ciliandra Bertabur, Saat Demo Anggota Koperasi Siabu

Ikuti Kami


Tentang Kami
Redaksi
Pedoman Pemberitaan
Info Iklan
Kontak
Disclaimer

RuangRiau.com©2020 | All Right Reserved